PEDOMAN PERAWATAN
DAN PEMELIHARAAN MIKROFILM
A.
LATAR BELAKANG
Mikrofilm adalah
salah satu bahan perpustakaan yang terdapat di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia. Mikrofilm juga merupakan bahan perpustakaan dari alih media bahan
perpustakaan berupa; buku, surat kabar, manuskrip atau lontar. Alih media
Mikrofilm merupakan salah satu cara untuk melestarikan bahan perpustakaan agar
informasi dari bahan tersebut dapat bertahan hingga ratusan tahun. Tehnologi
fotografi mikro ditemukan pada tahun 1839 oleh Benyamin Dancer. Pada tahun 1870
terjadi perang antara Perancis dan Rusia. Pada waktu itu kota Paris telah
dikepung oleh tentara Rusia. Untuk menyelamatkan arsip – arsip/ dokumen yang
mempunyai nilai – nilai berharga/penting didalamnya, diperlukan suatu teknik
baru untuk mengeluarkan dari kota Paris. Kalau dalam bentuk kertas tentu akan
ditemukan tentara Rusia.
Rene Dragon
menemukan suatu teknik, yaitu dengan memotret arsip/ dokumen dalam lembaran –
lembaran film kecil dan dengan bantuan burung merpati, film – film tersebut
disampaikan kepada tentara Perancis yang berada diluar kota. Penemuan Rene
Dragon ini kemudian dinamakan “ Mikrofilm “. Pada tahun 1908 foto mikro mulai
digunakan untuk memfoto dokumen oleh Amandus Johnson dari Royal Archip of
Stockholm. Pada tahun 1934 perpustakaan New York mulai dengan pembuatan eksperimen
kamera dari kayu” Recordak “ model A dan B. Mula – mula digunakan lensa kamera
Leica yang dipasang oleh Cooper Hewitt Mercury, dan dengan berbagai
penyempurnaan, terciptalah sebuah prototype dari kamera planetary yang sampai
sekarang dikenal sebagai kamera untuk membuat mikrofilm. Pada perang dunia
pertama mikrofilm digunakan untuk membuat foto wilayah musuh melalui kaki
seekor burung merpati (Karmidi Martoatmodjo, 1984; Pelestarian Bahan Pustaka:
190 )
Tapi mikrofilm
juga bahan perpustakaan yang harus dipelihara agar tidak cepat rusak, karena
jika tidak di rawat dan dipelihara mikrofilm bahkan dapat lebih cepat rusaknya
dari bahan aslinya. contohnya: Surat Kabar “ Swadaya, Bromartani “ dialih media
dalam bentuk mikrofilm pada zaman musium, dan karena mengalami banyak
perpindahan berarti mikrofilm tersebut mengalami perubahan suhu udara.
Mikrofilm tersebut kini sudah tidak ada karena mengalami kerusakan. Kenapa
demikian ? Karena mikrofilm itu merupakan campuran dari: Kulit sapi sebagai
bahan dasar,dilapisi Silver Halide, serat selulose, dan geliserin. Di Negara
maju seperti Amerika Serikat dan Eropa mikrofilm disimpan dibawah tanah. Mereka
juga membuat negatif mikrofilm 2 roll. satu disimpan dibawah tanah dengan
dibungkus alumunium foil dan satu lagi untuk pembuatan duplikat atau mikrofilm
positif, yang disiapkan untuk pemustaka.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Pembuatan penyusunan pedoman ini dengan maksud agar dapat dipergunakan sebagai bahan rujukan bagi pemilik mikrofilm di setiap perpustakaan.
Pembuatan penyusunan pedoman ini dengan maksud agar dapat dipergunakan sebagai bahan rujukan bagi pemilik mikrofilm di setiap perpustakaan.
C. LANGKAH – LANGKAH PERAWATAN DAN PENYIMPANAN
Ada beberapa langkah dalam perawatan mikrofilm, diantaranya :
1. PERAWATAN SEBELUM PENYIMPANAN
a. ketika melakukan pemotretan lakukan eksperimen, untuk mengetahui kepadatan cahaya (density).Density yang memenuhi syarat yaitu: 1,2 – 1,8 ( Menurut patokan U.S. Library of Congress)
b. Ketika melakukan processing ( pencucian mikrofilm ) perhatikan:
1. Jumlah pemakaian mikrofilm ( 1 Tabung maksimal pemakaian 6 roll )
2. Tanggal kadaluarsa chemical ( Developer dan Fixer ). Developer dan Fixer adalah bahan kimia yang dipakai untuk pencucian mikrofilm.
Gambar : Mesin pencucian mikrofilm
3. Perhatikan suhu Developer, apakah sudah sesuai dengan yang ditetapkan yaitu sekitar 37 derajat
Celcius atau ketetapan pada saat proses eksperimen
2. PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN DALAM PENYIMPANAN
3. Perhatikan suhu Developer, apakah sudah sesuai dengan yang ditetapkan yaitu sekitar 37 derajat
Celcius atau ketetapan pada saat proses eksperimen
4. Periksa suhu pengeringan, jangan
sampai hasil proses pengeringan film masih basah
5. Jangan meninggalkan sisa developer
pada film yang disebut dengan hypo
6. Hasil pencucian usahakan bersih,
artinya jika warna film masih agak memerah berarti film belum
bersih atau fixernya sudah kadaluarsa.
c. Hindari film dari tangan telanjang
yang tidak bersarung tanganbersih atau fixernya sudah kadaluarsa.
2. PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN DALAM PENYIMPANAN
1. Suhu penyimpanan antara 18 – 20
derajat Celcius
2. Kelembaban udara 50 : 50 atau 60 :
40 ( dapat diketahui melalui Dehumider )
3. AC dalam ruang penyimpan mikrofilm
tidak boleh mati dan suhu tidak boleh berubah – ubah ( AC
harus Statis ).
harus Statis ).
4. Ruang penyimpan tidak boleh
berkeringat.
5. Mikrofilm tidak boleh keluar masuk
ruangan.