Selasa, 24 September 2019


PERPUSTAKAAN KELILING MENJEMPUT BOLA MENGEJAR IMPIAN
“ MEWUJUDKAN PERPUSTAKAAN BERBASIS INKLUSI SOSIAL DALAM RANGKA IKUT SERTA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT “





Oleh : Jamiat, S.Sos
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
2019




KATA PENGANTAR

Karya Ilmiah dengan judul “Perpustakaan Keliling menjemput bola mengejar impian” merupakan pemikiran penulis ketika melihat artikel-artikel perjuangan masyarakat dengan mengayuh sepeda dimana dibelakang dan disamping kiri-kanan sepeda dipenuhi buku-buku yang akan disebarkan ke masyarakat untuk dibaca. Ada pula yang menggunakan sepeda motor ke pelosok desa. Penulis mencoba menuangkan perjuangan mereka ke dalam tulisan ini, Tantangan dan rintangan dihadapi hanya untuk memenuhi minat baca masyarakat kelas menengah kebawah yang jarang tersentuh oleh bahan bacaan. Inilah kenapa Perpustakaan Nasional RI Pada Tahun 2019 mencanangkan “Pustakawan Berkarya” dimana sebelumnya mencanangkan “Pustakawan Bergerak”artinya setiap pustakawan diharapkan menuangkan ide pemikiran ke dalam bentuk yang lebih nyata atau lebih konkrit.

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi para pustakawan dalam mewujudkan minat baca secara nasional. Mohon maaf jika ulisan ini tidak berkenan atau terdapat kata-kata yang salah. Penulis hanya manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf.
Akhir kata  Mari para Pustakawan berkaryalah sesuai pencanangan Kepala Perpustakaan Nasional RI. Tercapainya minat baca secara nasional karena usaha pustakawan yang tidak kenal lelah.

Jakarta, 20 September 2019
Penulis,


Jamiat, S.Sos



ABSTRAK

Perpustakaan Nasional RI Pada Tahun 2019 mencanangkan “Pustakawan Berkarya” dimana sebelumnya mencanangkan “Pustakawan Bergerak”artinya setiap pustakawan diharapkan menuangkan ide pemikiran ke dalam bentuk yang lebih nyata atau lebih konkrit. Perpustakaan dengan kemampuan mengolah dan menyajikan informasi serta segala fasilitas yang dimiliki terus mengembangkan diri dalam melayani pemakai informasi. Begitu juga dengan masyarakat sebagai klien perpustakaan akan terus memahami menghayati dan memaknai pentingnya informasi dalam keseharian,dengan kata lain masyarakat akan terus memanfaatkan perpustakaan sebagai rantai penghubung sejarah bagi masa lalu, pijakan bagi kehidupan di masa sekarang dan merupakan pembimbing untuk melangkah ke masa depan. Perpustakaan Digital yang terus dikembangkan oleh perpustakaan sangat membantu masyarakat di pelosok tanah air untuk mendapatkan informasi yang dimiliki perpustakaan. Selain mbah google yang menyediakan sarana lengkap melalui situs webnya. Tetapi di pelosok desa belum tentu internet dapat dijangkau. Perpustakaan juga harus punya kendaraan untuk dijadikan PUKELLING ( Perpustakaan Keliling). Pustakawan harus membuat tabel pemustaka dan kebutuhan bahan bacaan untuk mengetahui minat baca masyarakat. Bahan-bahan perpustakaan yang tepat guna, tepat sasaran akan menjadikan masyarakat gemar membaca.

Kata kunci: Perpustakaan, PUSKELLING dan Inklusi sosial budaya.


PENDAHULUAN


A. Latar Belakang.

Perpustakaan Nasional RI Pada Tahun 2019 mencanangkan “Pustakawan Berkarya” dimana sebelumnya mencanangkan “Pustakawan Bergerak”artinya setiap pustakawan diharapkan menuangkan ide pemikiran ke dalam bentuk yang lebih nyata atau lebih konkrit. Perpedoman kepada UU no. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, dimana pustakawan ikut berperan dalam pencapaian minat baca nasional. Pustakawan tidak hanya bergerak tetapi berkarya, mampu menciptakan inovasi baru bagaimana agar minat baca dapat terjangkau hingga kepada lapisan masyarakat paling bawah. Inklusi sosial budaya (pendekatan melalui kehidupan sosial dan budaya masyarakat) tidak hanya berada diruang atau gedung yang megah menunggu masyarakat datang berkunjung dan mencari bahan bacaan, tetapi pustakawan turun kebawah menjemput bola, untuk mengetahui bahan bacaan apa yang mereka perlukan. Saat ini Indonesia berada pada urutan no. 2 di dunia dengan jumlah perpustakaan sebanyak 164.610 perpustakaan berdasarkan data dari OCLC (Online Computer Library Center) lembaga jejaring perpustakaan yang berbasis di Amerika Serikat. (Presentasi Kepala Deputi II Ibu Dra.Woro Salikin pada Evaluasi Program Kegiatan di Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, 12 Agustus 2019). Di Seluruh perpustakaan Propinsi juga tersedia mobil/motor perpustakaan keliling. Secara teori mobil/motor PUSKELLING akan mampu meyediakan sarana informasi kepada masyarakat yang tidak dapat berkunjung ke perpustakaan. Tetapi mobil/motor Keliling atau PUSKELLING yang dimiliki perpustakaan akan mati jika tidak dimanfaatkan sesuai fungsinya atau bahan bacaan yang tersedia tidak sesuai dan tidak dapat dinikmati oleh pemustaka didaerah terpencil atau pelosok desa. Apa bedanya perpustakaan dengan gudang buku kalau bahan perpustakaan hanya diolah dan disimpan. Apa manfaatnya Mobil/motor PUSKELLING kalau hanya diam  di kantor. Apakah tidak ada anggaran untuk operasional PUSKELLING.

Perpustakaan dengan kemampuan mengolah dan menyajikan informasi serta segala fasilitas yang dimiliki terus mengembangkan diri dalam melayani pemakai informasi, begitu juga dengan masyarakat sebagai klien perpustakaan akan terus memahami menghayati dan memaknai pentingnya informasi dalam keseharian,dengan kata lain masyarakat akan terus memanfaatkan perpustakaan sebagai rantai penghubung sejarah bagi masa lalu pijakan bagi kehidupan di masa sekarang dan merupakan pembimbing untuk melangkah ke masa depan. Menurut Sulistio Basuki dalam Pengantar Ilmu Perpustakaan, 1991 “ Pemasyarakatan sosialisasi perpustakaan adalah upaya untuk mensosialisasikan, mempromosikan dan mempublikasikan informasi yang ada dalam perpustakaan ”.
Perpustakaan Digital yang terus dikembangkan oleh perpustakaan sangat membantu masyarakat di pelosok tanah air untuk mendapatkan informasi yang dimiliki perpustakaan. Selain mbah google yang menyediakan sarana lengkap melalui situs webnya. Tetapi di pelosok desa belum tentu internet dapat dijangkau.

B. Tujuan
Melalui perpustakaan Keliling diharapkan bahan perpustakaan sampai ke pelosok desa. Kemudian memberikan kepastian bahan perpustakaan macam apa yang mereka butuhkan untuk membantu mensejahterakan tarap kehidupan mereka.

C. Ketepatan Pemakaian Bahan Perpustakaan

Banyaknya perpustakaan tentu membantu pencapaian minat baca secara nasional. Bahan-bahan perpustakaan yang disediakan tentu beragam judul dan jenisnya. Apakah bahan-bahan perpustakaan yang disediakan sudah memenuhi kebutuhan masyarakat. Berapa jarak antara perpustakaan dengan tempat tinggal. Ketepatan pemakaian bahan perpustakaan kepada pemustaka merupakan keberhasilan pustakawan dalam pecapaian minat baca secara nasional. Bahan-bahan perpustakaan harus sesuai dengan kehidupan masyarakat disekitarnya. Perpustakaan juga harus punya kendaraan untuk dijadikan PUKELLING ( Perpustakaan Keliling). Memang tidak mudah untuk mengetahui minat baca pemustaka, karena bahan perpustakaan yang dibawa pada perpustakaan keliling terkadang tidak tepat pada sasaran. Pustakawan yang memberikan buku bacaan kepada masyarakat terlebih dahulu sebaiknya membuat tabel pemustaka dan kebutuhan bahan bacaan, seperti pada tabel 1. Tabel Kebutuhan Bahan Perpustakaan akan membantu pustakawan ketika hendak melakukan perjalanan dengan PUSKELL ke desa-desa.

Tabel 1. Kebutuhan Bahan Perpustakaan Pemustaka
NO
NAMA PEMUSTAKA
STATUS
JUDUL BUKU
PENGARANG
PENERBIT
TAHUN
1
Andrian
Pelajar SMA
Habis Gelap Terbitlah Terang
Armijn Pane
Balai Poetaka
1922
2
Melissa
Mahasiswi
Door Duisternis tot Licht “ Dari Kegelapan Menuju Cahaya".
J.H. Abendanon

-


1911
3
Jaka
Petani
Budidaya Kentang
Setiadi
Penebar Swadaya
2009

Dari tabel ini dapat dibuat grafik 1: peningkatan minat baca pemustaka per triwulan, 6 bulan atau satu tahun. Dalam kurun waktu tersebut dapat dilihat adakah peningkatan minat baca. Kalau ada peningkatan berarti bagus, kalau tidak ada dicari kekurangannya, mungkin bukunya tidak menarik, atau tidak bervariasi sehingga tidak ada pilihan.

Ada beberapa kriteria / pandangan dalam pemilihan bahan perpustakaan yaitu:
1. Pandangan Tradisional
     Prinsip ini mengutamakan nilai intrinsik untuk bahan pustaka yang akan dikoleksi perpustakaan. Titik tolak yang mendasari prinsip ini ialah pemahaman bahwa perpustakaan merupakan tempat untuk melestarikan warisan budaya dan sarana untuk mencerdaskan masyarakat. Apabila dinilai tidak bermutu, bahan pustaka tidak akan dipilih untuk diadakan.
2.  Pandangan Liberal
Prioritas pemilihan didasarkan atas popularitas artinya, kualitas tetap diperhatikan, tetapi dengan lebih mengutamakan pemilihan karena disukai dan banyak dibaca atau mengikuti selera masyarakat pemakai.
3.  Pandangan Pluralistik
Prinsip yang dianut pandangan ini berusaha mencari keselarasan dan keseimbangan diantara kedua pandangan tersebut, baik tradisional maupun liberal.
Gambar 1 dibawah menunjukan bagaimana bahan-bahan perpustakaan mencapai tingkat lapisan masyarakat. Anak-anak dan orang tua dapat menikmati bahan perpustakaan melalui perpustakaan keliling tanpa harus datang ke Perpustakaan. Perpustakaan yang jauh membuat masyarakat enggan datang ke perpustakaan. Belum lagi bahan perpustakaan yang dibutuhkan belum tentu tersedia di perpustakaan.


Gambar 1: anak-anak SD dan orang tua sedang menikmati buku-buku dari
PUSKELLING

Bahan-bahan perpustakaan yang tepat guna, tepat sasaran akan menjadikan masyarakat gemar membaca. Minat baca bukan rendah, tetapi tidak tepat sasaran yang membuat bahan perpustakaan tidak bermanfaat, misalnya buku kesehatan diberikan kepada tukang peternak ikan, cara bertanam jeruk bali diberikan kepada masyarakat yang bukan petani tentunya tidak akan dibaca. Seharusnya berikan buku cara beternak ikan kepada peternak ikan, berikan cara menanam jeruk kepada petani jeruk.




D. PROGRAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
Setelah melihat perkembangan minat baca, maka perpustakaan dan perpustakaan keliling sedapat mungkin membuat program jangka pendek dan jangka panjang untuk pengadaan bahan perpustakaan yang disesuaikan dengan keinginan masyarakat. Program ini akan membantu perpustakaan dalam pengadaan bahan perpustakaan, dan mengevaluasi bahan-bahan perpustakaan yang tidak diminati. Menurut pendapat Sumantri, (2002: 29) Pengadaan bahan perpustakan  atau koleksi adalah proses menghimpun dan menyeleksi bahan perpustakaan yang akan dijadikan koleksi, hendaknya koleksi harus relevan dengan minat dan kebutuhan peminjam serta lengkap dan aktual. Bahan perpustakaan yang tidak diminati dapat dipending dalam pembelian dan jika bahan perpustakaan tersebut sudah dimiliki perpustakaan dapat ditukar kepada perpustakaan lain yang membutuhkan. . Kalau bisa perpustakaan mempunyai daftar bahan perpustakaan atau Katalog buku baru dari penerbit. Kemudian diseleksi buku – buku apa yang akan dibeli. Seperti pada tabel 2. Daftar Pengadaan Bahan Perpustakaan.
No
Pengarang
Judul
Edisi
Jilid
Tempat terbit, Penerbit, Tahun Terbit
Jumlah Exp
Harga Satuan
Total Harga
1









Total Harga Koleksi dipesan

Tabel 2. Daftar Pembelian bahan Perpustakaan
Pengadaan Bahan Perpustakaan bukan hanya dari pembelian saja, tetapi ada beberapa cara pengadaan Bahan  Perpustakaan:
1. Pembelian
2. Hadiah atau sumbangan
3. Tukar menukar
4. Keanggotaan suatu organisasi
5. Pengadaan sendiri seperti photocopy

a. Program Jangka Pendek
Perpustakaan Keliling dapat membuat program jangka pendek dalam kurun waktu 3 bulan, misalnya :
1. Melakukan pendataan minat pemustaka akan bahan bacaan sesuai tingkatan usia atau pendidikan.
2. Melakukan pendataan keterpakaian bahan perpustakaan.
3. Melakukan evaluasi terahadap bahan perpustakaan.
b. Program Jangka Panjang
Program jangka panjang yang dilakukan pada inklusi sosial budaya yaitu:
1. Melakukan pengadaan bahan perpustakaan sesuai kebutuhan pemustaka.
2. Melakukan seleksi bahan pustaka atau penyiangan.
3. Persiapan penyuluhan atau pendongeng setiap bahan perpustakaan.
4. Melaporkan keberhasilan minat baca kepada pimpinan


E. INKLUSI SOSIAL MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Pendekatan perpustakaan kepada sosial budaya masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat ada benarnya, karena membaca buku teknis tanpa mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari hanya pengetahuan saja yang didapat dan suatu saat akan hilang dalam ingatan. Pembaca buku tentu harus membaca buku yang sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dan menyesuaikan kegiatannya dengan apa yang dibaca dari buku tersebut, barulah kesejahteraan dapat ditingkatkan. Misalnya Peternak Lele, beliau membaca tentang cara beternak Lele yang baik, tetapi hanya sekedar membaca tidak dipraktekkan. Peternak lele tersebut tidak dapat mengembangkan usahanya.
Pendekatan perpustakaan melalui sosial budaya selain menyediakan buku-buku yang sesuai mungkin dapat ditambahkan :
1. Bercerita diarea terbuka bagi pemustaka anak-anak
2. Praktik lapangan untuk para petani dan teknisi.
Kegiatan yang ditambahkan pemustaka ini, mungkin harus ada yang namanya penyuluh pertanian (perkebunan) dan penyuluh teknis mesin. Kemudian ditambah dengan peralatan yang dibutuhkan seseuai keperluan. Tanpa praktek di lapangan buku tetap hanya buku yang dibaca dan ditaruh lagi dimeja. Semuanya keberhasilan didahului dengan praktek di lapangan, misalnya: Thomas Alva Edison (11-2-1847) penemu lampu pijar, beliau menemukan panas pada ayam yang mengerami telurnya, Penemu Listrik Ampere Michael Faraday (22-8-1791) dengan sebuah batu Ambar yang dapat menarik bulu, kemudian pada tahun 9 Masehi, Abbas Ibn Firnas sudah berhasil mendesain alat yang memiliki sayap, mirip seperti kostum burung Prototif pesawat yang kemudian dikembangkan oleh Wright bersaudara dari eropa. Kalau kita melihat Ruang Guru pada pada gadget atau PC, kita akan menemukan penjelasan jika menemukan kesulitan.
Penulis yakin pendekatan perpustakaan pada sosial budaya akan memberikan kesejahteraan masyarakat jika disertai dengan penyuluhan di lapangan. Adalah tugas Kebijakan Pimpinan Perpustakaan dan Pustakawan untuk mewujudkan itu semua.



F. KESIMPULAN
Ketercapaian minat baca hingga pelosok tanah air menjadi tantangan perpustakaan dan pustakawan dalam rangka menuju Indonesia Cerdas dengan minat baca melalui perpustakaan. Perpustakaan Keliling pun menjadi tumpuan perpustakaan untuk mencapai Visi dan Misi tersebut. Perpustakaan juga mendigitalisasi atau mengkonversi bahan-bahan perpustakaan yang dimilikinya agar minat baca sampai keseluruh tanah air. Walaupun belum semuanya terdigitalkan tapi sudah melakukan kegiatan mendigitalkan bahan-bahan perpustakaan kemudian diupload ke program Data Base INLIS yang dapat dimanfaatkan pemustaka. Internet dengan program mbah googlenya memberikan kemudahan pemustaka untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Sementara untuk desa-desa yang kesulitan dengan akses internet, karena wilayahnya yang berpegunungan dan pohon-pohon rindang akan dijangkau dengan Perpustakaan Keliling baik dari instansi pemerintah maupun dari perpustakaan masyarakat itu sendiri. Kemudian pustakawan membuat data keterpakaian bahan perpustakaan per triwulan sampai setahun dan melihat perkembangan minat baca.


F. DAFTAR PUSTAKA
Sutarno, NS. (2006). Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : CV. Sagung Seto
Ahmad Rohani. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sulistio Basuki (1991) Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta: gramedia Pustaka Utama


2 komentar:

  1. LuckyClub Casino Site
    If you're interested in playing the latest and greatest games, the Lucky Club Casino site is the place for you. luckyclub.live Live Casino. 24/7 Support 24/7.

    BalasHapus
  2. Graton Casino & Racetrack - MapyRO
    The Graton Casino & Racetrack is a 경기도 출장샵 racetrack in Graton, Oregon in US which offers 10000000 square feet of gaming, 강릉 출장안마 a 계룡 출장마사지 full 서귀포 출장샵 service spa, entertainment 속초 출장마사지

    BalasHapus